TUGAS KOMPUTER DAN MASYARAKAT
ARTIKEL TENTANG E-BISNIS DAN E-COMMERCE
ROBI
SAPUTRA
11101152610113
SI4
DOSEN PEMBIMBING
Stevie
Yudhistira, S.kom, MM
FAKULTAS
ILMU KOMPUTER
SISTEM
INFORMASI
UNIVERSITAS
PUTRA INDONESIA “YPTK” PADANG
TA
2011 / 2012
BAB I
E-COMMERCE
A.
Dunia
Electronic Commerce (E – COMMERCE)
Gedung
Putih pada bulan Juli tahun 1997 mendeklarasikan telah
terjadinya sebuah revolusi
industri baru yang akan berdampak pada stabilitas ekonomi global, yaitu sejalan
dengan fenomena maraknya bisnis secara elektronik/digital dengan menggunakan
internet sebagai medium bertransaksi. Metode bertransaksi ini kemudian lebih
dikenal sebagai istilah “E-Commerce”.
Definisi
dari “E-Commerce” sendiri sangat beragam, tergantung dari perspektif atau kacamata
yang memanfaatkannya. Association for
Electronic Commerce secara sederhana
mendifinisikan E-Commerce sebagai “mekanisme bisnis secara elektronis”. CommerceNet,
sebuah konsorsium industri,
memberikan definisi yang lebih lengkap, yaitu
“penggunaan jejaring komputer (komputer yang saling terhubung) sebagai sarana penciptaan relasi
bisnis”.
Tidak puas
dengan definisi tersebut,
CommerceNet menambahkan bahwa di dalam E-Commerce terjadi “proses
pembelian dan penjualan jasa atau produk antara dua belah pihak melalui
internet atau pertukaran dan distribusi informasi antar
dua pihak di
dalam satu perusahaan
dengan menggunakan intranet”. Sementara Amir Hartman dalam
bukunya “Net-Ready” (Hartman, 2000) secara lebih terperinci lagi mendefinisikan
E-Commerce sebagai “suatu jenis dari mekanisme bisnis secara elektronis yang
memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan
internet sebagai medium pertukaran barang atau jasa baik antara dua buah institusi
(B-to-B) maupun antar institusi dan konsumen langsung (B-to-C)”. Beberapa kalangan
akademisi pun sepakat mendefinisikan E-Commerce sebagai “salah satu cara memperbaiki
kinerja dan mekanisme pertukaran barang, jasa, informasi, dan pengetahuan dengan
memanfaatkan teknologi berbasis jaringan peralatan digital”.
Terlepas
dari berbagai jenis definisi yang ditawarkan dan dipergunakan oleh berbagai kalangan,
terdapat kesamaan dari masing-masing definisi, dimana E-Commerce memiliki karakteristik
sebagai berikut:
·
Terjadinya
transaksi antara dua belah pihak;
·
Adanya
pertukaran barang, jasa, atau informasi; dan
·
Internet
merupakan medium utama dalam proses atau mekanisme perdagangan tersebut.
Dari
karakteristik di atas terlihat jelas, bahwa pada dasarnya E-Commerce merupakan dampak
dari berkembangnya teknologi informasi dan telekomunikasi, sehingga secara signifikan merubah
cara manusia melakukan
interaksi dengan lingkungannya, yang dalam hal ini adalah terkait dengan
mekanisme dagang.
Semakin meningkatnya
komunitas bisnis yang mempergunakan internet dalam melakukan aktivitasnya
sehari-hari secara tidak
langsung telah menciptakan
sebuah domain dunia baru
yang kerap diistilahkan
sebagai “cyberspace” atau
dunia maya. Berbeda dengan dunia
nyata (real world), cyberspace memiliki karakteristik yang unik dimana seorang
manusia dapat dengan mudah berinteraksi dengan siapa saja di dunia ini sejauh yang
bersangkutan terhubung ke
internet. Hilangnya batasan
dunia yang memungkinkan seseorang
berkomunikasi dengan orang lain secara efisien dan efektif ini secara langsung
merubah cara perusahaan dalam melakukan bisnis dengan perusahaan lain atau
konsumen.
Peter
Fingar mengungkapkan bahwa pada prinsipnya E-Commerce menyediakan infrastruktur
bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi proses bisnis internal menuju lingkungan
eksternal tanpa harus menghadapi
rintangan waktu dan ruang (time and space) yang selama ini menjadi isu
utama. Peluang untuk membangun jejaring dengan berbagai institusi
lain tersebut harus dimanfaatkan karena
dewasa ini persaingan sesungguhnya terletak
pada bagaimana sebuah
perusahaan dapat memanfaatkan
E-Commerce untuk meningkatkan kinerja dalam bisnis inti yang
digelutinya.
Jika
dilihat secara seksama, pada dasarnya ada 4 (empat) jenis relasi dalam dunia
bisnis yang biasa dijalin oleh sebuah perusahaan (Fingar, 2000):
1.
Relasi
dengan pemasok (supplier);
2.
Relasi
dengan distributor;
3.
Relasi
dengan rekanan (partner); dan
4.
Relasi
dengan konsumen (customer).
Berdasarkan
bisnis intinya, masing-masing perusahaan memiliki urutan proses utamanya sendiri-sendiri
(core processes), dimana pada berbagai titik sub-proses, terjadi interaksi antara
perusahaan dengan salah satu entiti relasi di atas. Jika dahulu kebanyakan
relasi hanya dapat terjalin secara “one-to-one
relationship” karena alasan
efisiensi, maka dengan adanya
E-Commerce, hubungan antar perusahaan dengan entiti eksternal lainnya
dapat
dilakukan secara “many-to-many relationship” dengan lebih cepat, lebih baik,
dan lebih murah.
Tiga
jenis jaringan teknologi informasi biasanya dibangun pada sebuah
perusahaan, yaitu: internet, intranet, dan ekstranet.
Internet merupakan jaringan
komputer yang dapat menghubungkan perusahaan dengan domain publik, seperti
individu, komunitas, institusi, dan organisasi. Jalur ini merupakan jalur
termurah yang dapat digunakan
perusahaan untuk menjalin
komunikasi efektif dengan konsumen. Mulai dari tukar menukar data dan
informasi sampai dengan transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan cepat dan murah melalui
internet. Jenis E-Commerce yang
cocok memakai jalur internet ini adalah B-to-C.
Intranet merupakan infrastruktur jaringan
komputer yang menghubungkan semua sumber daya manusia, baik manajmen maupun
staf, dalam sebuah perusahaan sehingga dengan mudah mereka dapat saling
berkomunikasi untuk menunjang aktivitas bisnis sehari-hari. Aplikasi-aplikasi yang
berhubungan dengan komunikasi,
kolaborasi, dan kooperasi biasanya diimplementasikan di dalam
sistem intranet ini.
Ekstranet merupakan sebuah infrastruktur jaringan yang menghubungkan perusahaan dengan
para pemasok dan rekanan bisnisnya. Jika dahulu teknologi EDI
(Electronic Data Interchange)
banyak dipergunakan untuk keperluan ini, tipe E-Commerce B-to-B
merupakan pilihan tepat untuk membangun sistem ekstranet di perusahaan. Pada
akhirnya, E-Commerce bukanlah sekedar mekanisme penjualan barang atau jasa melalui
medium internet, tetapi lebih pada sebuah transformasi bisnis yang merubah
cara-cara perusahaan dalam melakukan aktivitas usahanya sehari-hari. Perubahan
mendasar dan redefinisi ulang terhadap bisnis inti perusahaan
sering kali harus
dilakukan sehubungan dengan fenomena
ini, karena berbagai
paradigma baru telah mengubur prinsip-prinsip manajemen
konvensional yang jika masih terus dilaksanakan akan justru menjadi hal yang
merugikan perusahaan (disadvantage).
B.
Mekanisme
Electronic Commerce dalam Dunia Bisnis
Mempelajari
E-Commerce sebenarnya cukup mudah, karena tidak jauh berbeda dengan memahami bagaimana
perdagangan atau bisnis selama ini dijalankan. Yang membedakannya
adalah dilibatkannya teknologi komputer
dan telekomunikasi secara intensif sebagai sarana untuk melakukan
dua hal utama (Kosiur, 1997):
·
Mengolah
data mentah menjadi informasi yang dapat
dimanfaatkan bersama oleh para pelaku bisnis dan konsumen; dan
·
Mendistribusikan data
atau informasi tersebut
secara cepat dan
efisien keseluruh komponen bisnis
yang membutuhkan.
Dari
beragam jenis aplikasi E-Commerce yang ada, secara prinsip mekanisme kerjanya
kurang
lebih sama, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Ada
dua hal utama yang biasa dilakukan oleh konsumen (Customers) di dunia maya (arena
transaksi yang terbentuk karena adanya jaringan internet). Pertama adalah
melihat produk-produk atau jasa-jasa yang diiklankan oleh perusahaan terkait
melalui website-nya (Online Ads). Kedua adalah mencari data atau informasi
tertentu yang dibutuhkan sehubungan dengan proses transaksi bisnis atau dagang
(jual beli) yang akan dilakukan. Jika tertarik
dengan produk atau
jasa yang ditawarkan,
konsumen dapat melakukan transaksi perdagangan
dengan dua cara.
Cara pertama adalah
secara konvensional (Standard
Orders) seperti yang selama ini dilakukan, baik melalui telepon, faks, atau langsung datang
ke tempat penjualan
produk atau jasa
terkait. Cara kedua adalah melakukan
pemesanan secara elektronik (Online Orders), yaitu dengan menggunakan perangkat
komputer yang dapat ditemukan dimana saja (rumah, sekolah, tempat kerja,
warnet,
dsb.).
Berdasarkan
pesanan tersebut, penjual produk atau jasa akan mendistribusikan barangnya kepada
konsumen melalui dua jalur (Distribution). Bagi
perusahaan yang melibatkan barang secara fisik, perusahaan akan
mengirimkannya melalui kurir ke tempat pemesan berada. Yang menarik adalah
jalur kedua, dimana disediakan bagi produk atau jasa yang dapat digitisasi
(diubah menjadi sinyal digital). Produk-produk yang berbentuk semacam teks, gambar, video, dan audio secara fisik
tidak perlu lagi dikirimkan, namun dapat disampaikan melalui jalur internet. Contohnya adalah
electronic newspapers, digital library, virtual school, dan lain sebagainya.
Selanjutnya, melalui
internet dapat dilakukan
pula aktivitas pasca pembelian, yaitu pelayanan purna jual (Electronic
Customer Support). Proses ini dapat dilakukan melalui jalur konvensional,
seperti telepon, ataupun jalur internet, seperti email, tele conference, chatting,
dan lain-lain. Diharapkan dari interaksi tersebut di atas, konsumen dapat
datang kembali dan melakukan pembelian produk atau jasa di kemudian hari
(Follow-On Sales). Secara strategis, ada tiga domain besar yang membentuk
komunitas E-Commerce, yaitu: proses, institusi, dan teknologi. Seperti telah
dijelaskan di atas, proses yang terjadi di dalam perdagangan elektronik kurang
lebih sama.
Elemen
pertama adalah “proses”. Proses yang berkaitan dengan produk atau jasa fisik, biasanya
akan melalui rantai nilai (value chain) seperti yang diperkenalkan oleh Michael
Porter:
·
Proses
utama terdiri dari: inbound logistics, production, outbound logistics and distribution,
sales and marketing, dan services; dan
·
Proses
penunjang terdiri dari: procurement, firm infrastructure, dan technology.
·
Sementara proses
yang melibatkan produk
atau jasa digital,
akan mengikuti rantai nilai
virtual (virtual value chain) seperti yang diperkenalkan oleh Indrajit Singha,
yang meliputi rangkaian
aktivitas: gathering, organizing,
selecting, synthesizing, dan distributing.
Elemen
kedua adalah “institusi”. Salah satu prinsip yang dipegang dalam E-Commerce
adalah diterapkannya asas jejaring (inter-networking), dimana dikatakan bahwa
untu sukses, sebuah perusahaan E-Commerce harus bekerja sama dengan berbagai
institusi-institusi yang ada (perusahaan tidak dapat berdiri sendiri). Sebuah
perusahaan dotcom misalnya, dalam menjalankan prinsip-prinsip perdagangan
elektronik harus bekerja sama dengan
pemasok (supplier), pemilik
barang (merchant), penyedia
jasa pembayaran (bank), bahkan
konsumen (customers). Kerjasama yang
dimaksud di sini akan mencapai tingkat
efektivitas dan efisiensi
yang diinginkan dengan
cara melakukannya secara otomatis (melibatkan teknologi
komputer dan telekomunikasi)..
Elemen
ketiga adalah “teknologi informasi”. Pada akhirnya secara operasional, faktor diinginkan.
infrastruktur teknologi akan sangat menentukan tingkat kinerja bisnis
E-Commerce yang diinginkan.
C.
Empat
Tipe Aplikasi Electronic Commerce
Dilihat
dari jenisnya, E-Commerce kerap dibagi menjadi dua kategori, yaitu B-to-B dan B-to-C. Prinsip
pembagian ini dilandasi
pada jenis institusi
atau komunitas yang melakukan interaksi
perdagangan dua arah.
Jika dilihat dari
perspektif lain, yaitu berdasarkan jenis aplikasi yang
dipergunakan, E-Commerce dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) tipe: I-Market,
Customer Care, Vendors Management, dan Extended Supply
I-Market
Internet Market (I-Market) didefinisikan sebagai
suatu tempat atau arena di dunia maya dimana
calon pembeli dan penjual saling bertemu untuk melakukan transaksi
secara elektronis melalui medium internet. Dari definisi tersebut terlihat
bahwa tipe bisnis yang terjadi
adalah B-to-C karena
sebagai penjual produk
atau jasa, perusahaan
berusaha menghubungkan
dirinya dengan I-Market
yang notabene merupakan
komunitas para pengguna internet
yang ada di seluruh dunia. Prinsip yang dipegang dalam tipe ini adalah perusahaan
menyediakan berbagai informasi lengkap mengenai seluruh produk atau jasa yang
ditawarkan melalui internet, dengan harapan bahwa ada calon pelanggan yang pada
akhirnya melakukan pemesanan
atau pembelian terhadap
produk atau jasa tersebut
(order).
Customer
Care
Tipe aplikasi E-Commerce kedua adalah suatu usaha
dari perusahaan untuk menjalin hubungan interaktif dengan pelanggan atau
konsumen yang telah dimilikinya. Jika pada waktu terdahulu perusahaan biasanya
menyediakan nomor telepon bebas pulsa (toll free) sebagai sarana
yang dapat dipergunakan
pelanggan untuk bertanya,
berdiskusi, atau menyampaikan keluhan
sehubungan dengan produk
atas jasa yang telah
atau akan dibelinya. Nomor
telepon ini pada dasarnya dihubungkan
dengan pusat informasi perusahaan atau
call center. Dengan berkembangnya internet,
maka dengan mudahkonsumen dapat berhubungan dengan
customer service perusahaan
selama 24 jam melalui situs terkait. Tengoklah beberapa
pelayanan yang biasa ditawarkan melalui situs seperti: FAQ (Frequently Asked
Questions), real time chatting, customer info changes, dan lain
sebagainya. Prinsip utama
yang diharapkan oleh
perusahaan dengan mengimplementasikan E-Commerce
jenis ini adalah
untuk memberikan pelayanan (supports and services) yang prima
sehingga mempertinggi atau meningkatkan loyalitas konsumen. Seperti halnya
dengan I-Market, sebagian besar aplikasi yang dipergunakan bersifat B-to-C.
Vendors
Management
Hakekat
dari sebuah bisnis
adalah melakukan transformasi
“bahan mentah” menjadi sebuah produk atau jasa yang
ditawarkan kepada konsumen. Dengan kata lain, mayoritas perusahaan pastilah
memiliki pemasok (supplier) “bahan mentah” tersebut. Disamping itu, berbagai
aktivitas penunjang seperti proses administrasi, pengelolaan SDM, dan lain sebagainya
kerap membutuhkan beragam barang yang harus dibeli dari perusahaan lain. Proses pembelian
yang berlangsung secara
kontinyu dan berulang
secara periodik tersebut pada dasarnya
memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap pengeluaran total perusahaan (cost
center). Penerapan aplikasi
E-Commerce untuk menghubungkan perusahaan dengan para vendor
pemasok berbagai kebutuhan bisnis sehari-hari dapat menekan biaya total yang
dikeluarkan untuk aktivitas pengadaan dan pembelian barang.
Dengan dimanfaatkannya aplikasi E-Commerce jenis ini,
perusahaan dapat melakukan eliminasi berbagai proses yang tidak perlu,
mengintegrasi beberapa proses yang dapat sekaligus dilakukan,
menyederhanakan proses yang
berbelit-belit, dan mengotomatisasikan
proses-proses manual yang memakan waktu dan biaya. Sehingga
prinsip yang dijalankan dalam implementasi aplikasi
E-Commerce ini adalah perusahaan melakukan proses pemesanan, pengadaan, dan
pembeliaan bahan-bahan yang dibutuhkan dari
berbagai pemasok dan
vendor melalui internet,
dan para rekanan
ini akan mengirimkannya kepada
perusahaan sesuai dengan kebutuhan. Tipe B-to-B merupakan platform transaksi
yang diterapkan dalam tipe E-Commerce ini.
Extended
Supply Chain
Supply Chain adalah urutan proses atau aktivitas
yang dijalankan perusahaan mulai dari “bahan mentah” (raw materials) dibeli
sampai dengan produk jadi ditawarkan kepada calon konsumen.
Proses generik yang
biasa dilakukan dalam
supply chain adalah: pengadaan bahan
mentah, penyimpanan bahan
mentah, produksi atau
operasi bahan mentah menjadi
bahan baku/jadi, penyimpanan bahan baku/jadi, distribusi, pemasaran
dan penjualan, serta pelayanan purna jual. Tidak
seperti pada perusahaan konvensional dimana
proses dari hulu
ke hilir ini
dilakukan secara penuh
dan menyeluruh oleh perusahaan, untuk dapat berkompetisi di
era globalisasi seperti saat ini, perusahaan harus menjalin kerja sama dengan
rekanan bisnis yang lain (collaboration to compete). Kunci dari kerja sama ini
adalah untuk menciptakan suatu produk atau jasa yang lebih murah,
lebih baik, dan lebih cepat dari yang ditawarkan
para kompetitor. Tentu saja untuk dapat menciptakan produk atau jasa yang
demikian, proses penciptaan produk atau jasa di internal perusahaan harus
dilakukan pula secara murah, baik, dan cepat. Di sinilah prinsip penggunaan
E-Commerce dipergunakan, yaitu untuk melakukan optimisasi supply chain perusahaan
dengan cara menjalin hubungan dengan seluruh rekanan atau pihak-pihak lain yang
terlibat langsung dalam proses penciptaan produk atau jasa melalui jalur
elektronis semacam internet. Jelas
terlihat bahwa seperti halnya tipe E-Commerce Vendor Management,
prinsip B-to-B merupakan platform yang diterapkan dalam pengembangan E-Commerce
terkait.
BAB II
E-BUSSINESS
A. E-Bussiness
Agar
dapat beroperasi bisnis harus berhubungan dengan banyak bagian berbeda dari
informasi mengenai pemasok, pelanggan, karyawan, tagihan, dan pembayaran. Dan
tentu saja produk dan jasa mereka. Mereka harus mengelola aktifitas kerja yang
menggunakan informasi ini untuk beoperasi dengan efisien, dan meningkatkan
kinerja keseluruhan perusahaan. Sistem informasi memungkinkan perusahaan untuk
mengwlola seluruh informasinya, membuat keputusan yang lebih baik, dan
menigkatkan pelakasanaan proses bisnis mereka.
Sistem
informasi adalah proses meningkatkan bisnis yang terletak pasda inti bisnis.
Proses bisnis adalah arus kerja sdari bahan baku, informasi dan pengetahuan
(seperangkat aktifitas). Proses bisnis
juga mengacu pada cara unik dimana manajemen memilih untuk mengoordinasikan
pekerjaan setiap bisnis dapat dilihat
sebagai
sekumpulan proses bisnis. Beberapa dari proses ini adalah bagian dari proses
yang
mencakup lebih besar.
Pada
prinsipnya, e-Business kerap didefinisikan sebagai “aktivitas yang
berkaitan secara langsung maupun tidak
langsung dengan proses pertukaran barang dan/atau jasa dengan memanfaatkan internet sebagai medium komunikasi dan
transaksi”. Perkembangan teknologi
komputer dan telekomunikasi (teknologi informasi) yang sangat pesat dewasa ini
telah mengakibatkan terjadinya revolusi didunia perdagangan dan industri. Jika
dahulu transaksi bisnis yang harus dilakukan secara tatap muka
(face-to-face),melibatkan sejumlah fasilitas dan sumber daya fisik (office
and paper), dan mempertukarkan barang dan jasa terkait dengan uang kertas atau
receh; maka pada saat ini transaksi serupa dapat dilakukan oleh siapa saja dan
dari mana saja secara fleksibel (tanpa harus bertemu muka), dilakukan dengan
menggunakan peralatan elektronik (komputer, personal digital assistant, dsb.)
B. E-Business
Followership
Jika
di satu titik ekstrem terdapat perusahaan e-business yang berhasil menjadi
leader sementara di titik ekstrem lainnya terdapat perusahaan e-business yang
terancam bangkrut, terdapat banyak sekali perusahaan (mayoritas) yang berada
pada situasi “nanggung”, artinya yang bersangkutan menempatkan diri sebagai pengikut
dari mereka yang berhasil (follower).
Walaupun
perusahaan yang berada di dalam posisi ini tidak memiliki banyak keunggulan
kompetitif seperti halnya perusahaan leader, namun kualitas produk dan pelayanannya
berada di atas rata-rata yang diharapkan oleh pelanggan. Perusahaan dalam
kategori ini biasanya memiliki produk dengan kualitas yang sudah baik (memenuhi
standar minimum), namun di mata pelanggan kualitasnya dipandang lebih karena
perusahaan memiliki mekanisme pelayanan yang baik (sehingga pelanggan merasa
terpuaskan). Dari sergi harga produk dan jasa pun perusahaan berhasil menekan
total biaya produksi karena tingginya tingkat efisiensi yang dicapai (karena
memanfaatkan teknologi informasi). Perusahaan juga secara sederhana telah
menerapkan konsep knowledge management yang memungkinkan mereka untuk memperbaiki
durasi penciptaan produk baru dan pengirimannya ke tangan pelanggan.
Perusahaan
yang memiliki keungguluan kompetitif yang netral ini biasanya tidak berambisi
untuk menguasai pasar, tetapi cukup untuk tetap amanbertahan di arena
persaingan, dan memiliki pelanggan tetap (captive market) yang melakukan
transaksi secara kontinyu. Targetnya adalah secara perlahan (gradual) perusahaan berhasil
meningkatkan frekuensi dan volume transaksi jual belinya.
Itu
adalah ke tiga contoh dari tiap-tiap bisnis. dilain kesempatan, kita akan mempelajari cara membuat salah satu membuat
mata uang dunia maya, E-gold dan Paypal.
a.
Ada beberapa kiat ± kiat
dalam e-business diantaranya :
·
Membenahi
terlebih dahulu sistem pengelolaan sumber daya perusahaan secara terpadu.
·
Membuat
perencanaan investasi teknologi secara mendetail dan komprehensif.
·
Menentukan
arah investasi teknologi untuk menjawab kebutuhan jangka panjang.
·
Membentuk
struktur organisasi yang fleksibel dan adaptif terhadap perubahan.
·
Melakukan
kerjasama kondusif dengan berbagai mitra bisnis (vendor, pemasok barang,
lembaga keuangan, dan lain sebagainya).
b.
Ada beberapa Metode
Pengembangan e-Business :
1.
Pertimbangan
Komoditi
2.
Infrastruktur
Pengembangan
3.
Perencanaan
Basisdata
4.
Pengembangan
Program Aplikasi
5.
Implementasi
dan Disseminasi
c.
Strategi Pengembangan
e-Business :
1.
Penyusunan
Rencana Pengembangan
2.
Pembangunan
secara bertahap/dinamis
3.
Perlu
menetapkan prioritas implementasi
4.
Pemilihan
Teknologi yang tepat
5.
Penyiapan
Sumber Daya
6.
Gunakan
jasa Web-Hosting
7.
Pengembangan
diserahkan pihak ketiga
8.
Kerjasama
dengan Institusi Penyedia jasa Internet
d. Efek Positif dan Negatif
E-Business
Positif:
a. Stream
(aliran pendapatan) baru yang mungkin lebih menjanjikan dan tidak bisa ditemui
di sistem transaksi tradisional.
b.
Dapat
meningkatkan market exposure (pangsa pasar).
c.
Menurunkan
biaya operasional (operating cost).
d.
Melebarkan
jangkauan (global reach).
e.
Meningkatkan
customer loyality.
f.
Memperpendek
waktu produksi.
g.
Meningkatkan
value chain (mata rantai pendapatan)
Negatif
:
a. Pencurian informasi
rahasia yang berharga. Gangguan yang timbul bisa menyingkap semua informasi
rahasia tersebut kepada pihak-pihak yang tidak berhak dan dapat mengakibatkan
kerugian yang besar bagi si korban.
b. Kehilangan kesempatan
bisnis karena gangguan pelayanan. Kesalahan ini bersifat kesalahan non-teknis
seperti aliran listrik tiba-tiba padam atau jaringan yang tidak berfungsi.
c. Kehilangan kepercayaan
dari para konsumen. Ini karena berbagai macam faktor seperti usaha yang
dilakukan dengan sengaja oleh pihak lain yang berusaha menjatuhkan reputasi perusahaan
tersebut.
d. Penggunaan akses ke
sumber oleh pihak yang tidak berhak. Misalkan pembobolan sebuah sistem perbankan oleh
hacker, kemudian memindahkan sejumlah rekening orang lain ke rekeningnya
sendiri.
e. Kerugian yang tidak
terduga. Disebabkan oleh gangguan yang dilakukan dengan sengaja,
ketidakjujuran, praktek bisnis yang tidak benar, dan kesalahan faktor manusia
atau kesalahan sistem elektronik.
e.
Faktor-Faktor Penyebab
Kegagalan E-Business
a.
Tidak
ada komitmen yang utuh dari manajemen puncak.
b.
Penerapan
e-business tidak diikuti proses change management.
c.
Tidak
profesionalnya vendor teknologi informasi yang menjadi mitra bisnis
d.
Buruknya
infrastruktur komunikasi
e.
Tidak
selarasnya strategi TI dengan strategi perusahaan.
f.
Adanya
masalah keamanan dalam bertransaksi
g.
Kurangnya
dukungan financial
h.
Belum
adanya peraturan yang mendukung dan melindungi pihak-pihak yang
bertransaksi
(cyberlaw),
i.
Menggunakan
target jangka pendek sebagai pijakan investasi e-business.
f.
Pendukung Keputusan
e-Business
a.
Pendukung
Keputusan Dalam e-Business
Untuk
dapat sukses dalam E-Business dan E-Commerce, perusahaan memerlukan system
informasi yang dapat mendukung bermacam-macam informasi dan membuat keputusan
yang diperlukan oleh manajer dan seorang profesional bisnis.Level of managerial
decision making yang harus ddidukung oleh teknologi informasi adalah :
1. Strategic Management
Dewan direksi,komite eksekutif yang mengembangkan sasaran keseluruhan, strategi, kebijakan, dan tujuan sebagai bagian dari proses perencanaan stratejik. Mereka juga melakukan monitor terhadap kinerja stratejik perusahaan dan keseluruhan arah politik, ekonomi, dan lingkungan persaingan.
2. Tactical Management
Para menajer yang mengembangkan rencana jangka pendek dan menengah, penjadwalan, anggaran, merinci kebijakan, prosedur, dan tujuan bisnis bagi subunitnya. Mengalokasikan sumber daya dan memonitor kinerja subunitnya.
1. Strategic Management
Dewan direksi,komite eksekutif yang mengembangkan sasaran keseluruhan, strategi, kebijakan, dan tujuan sebagai bagian dari proses perencanaan stratejik. Mereka juga melakukan monitor terhadap kinerja stratejik perusahaan dan keseluruhan arah politik, ekonomi, dan lingkungan persaingan.
2. Tactical Management
Para menajer yang mengembangkan rencana jangka pendek dan menengah, penjadwalan, anggaran, merinci kebijakan, prosedur, dan tujuan bisnis bagi subunitnya. Mengalokasikan sumber daya dan memonitor kinerja subunitnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar